Pagi itu hari Rabu. Hari yang sangat cerah. Matahari terbit seolah – olah lebih awal dari biasanya. Pukul tujuh lonceng berbunyi. Aku sudah berada di Sekolah, karena memang hari itu aku masuk jam pertama. Di Mts itu sudah dibiasakan tadarrus al-qur’an selama kurang lebih lima belas menit setiap harinya. Kecuali hari Senin. Karena hari itu digunakan untuk upacara bendera merah putih. Demikian yang di lakukan di MTs al-hasan Banjarsari yang beralamatkan di Desa Kawasen Banjarsari Kabupaten Ciamis , tepatnya di kaki gunung yang berdekatan dengan peninggalan sejarah jaman dahulu yang terkenal dengan sebutan Kawasen. Di desa itulah terdapat makam keramat yang disebut makam keluarga Kawasen.
Pada waktu itu tahun 1997. Aku pertama kali mengajar. Mengajar di Madrasah yang baru berdiri yang terdiri dari 36 siswa dan siswi. Aku memegang pelajaran al-Qur’an Hadits di tambah satu lagi pelajaran bahasa arab. Sebagaimana Sekolah yang baru berdiri, maka sarana prasarananya pun masih serba sederhana. Murid-murid belajar tanpa bangku dan kursi. Mereka belajar di serambi masjid. Namanya juga MTs terbuka. Program pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (IDB) dalam rangka melaksanakan wajib belajar Sembilan tahun yang dilaksanakan oleh mapenda pusat bekerja sama dengan pesantren salafiyyah. Guru-guru pada waktu itu disebut guru – guru pamong. Murid-murid belajar dengan menggunakan modul yang dikirim dari mapenda pusat. Gurupun diberi pelatihan selama Sembilan hari di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, dengan bimbingan dari tutor-tutor yang berpengalaman, untuk mempersiapkan bagaimana cara mendidik dan mengemong anak didik di Mts terbuka, yang pada waktu itu baru dibuka 36 tempat menyebar di seluruh pelosok Indonesia, yang pada umumnya dilaksanakan di pesantren-pesantren.
Aku merasa senang, walaupun mengajar muri-murid pesantren yang tidak harus menggunakan seragam sekolah. Maklum mayoritas anak didik juga termasuk golongan ekonomi lemah. Dengan beralaskan tikar bekas membungkus mayit dan papan tulis yang sudah bolong-bolong karena sudah terlalu lama dimakan usia, tetap tidak mengurangi semangat kegiatan belajar mengajar di Mts terbuka itu.
Tiga tahun berjalan Kegiatan Belar Mengajar (KBM). Untuk kegiatan belajar mengajar, guru sebagian diambil dari MTs Negeri Banjar, terutama mata pelajaran Matematika, fisika, bahasa Indonesia, IPS, bahasa Ingris,PKn, sedangkan untuk pelajaran agama diserahkan kepada guru-guru di pesantren. Anak-anak selain mengaji kitab kuning, pagi hari hingga dhuhur dilakukan kegiatan belajar madrasah terbuka itu. Mereka belajar mandiri dengan dibimbing dan di emong oleh guru-guru pesantren, makanya guru disitu disebut guru pamong. Tapi walaupun belajar serba sederhana, mereka punya kelebihan yang cukup dibanggakan. Terbukti pada tahun 2000, di Kawasen itu berdirilah sekolah lanjutan tingka atas yang bernama SMA Plus Al- hasan. Hingga kini sudah 5 anak didik diterima di Perguruan Tinggi yang cukup terkenal di Indonesia. Satu orang siswi diterima bea siswa santri di IPB Susanti Kartikasari namanya. Ia mengambil jurusan Pertanian. Sekarang sudah menempuh semestrer lima. Satu orang siswi diterima di UGM dengan beasiswa santri pula Mukhotimah namanya. Ia juga mengambil jurusan Pertanian dan Perikanan. Dua orang siswa diterima di UPI Bandung Abdullah Abdulrahman dan Hamdan namanya. Abdullah mengambil jurusan Bimbingan dan Konseling. Sedangkan Hamdan mengambil jurusan Matematika. Keduanya diantar dengan program pemerintah yang disebut Bidik Misi. Satu orang lagi yang baru satu tahun diterima di UGM Heni Sulastri namanya. Ia mengambil jurusan Peternakan. Kesemuanya adalah anak-anak yang tergolong kurang mampu ekonomi orang tuanya. Akan tetapi dengan bimbingan guru pamong ternyata dapat melanjutkan di sekolah yang cukup bergengsi.
Berawal dari sekolah yang apa adanya, semakin bertambahnya waktu MTs yang tadinya MTs terbuka namanya, pada tahun 2000 menjadi MTs al-Hasan. Ditambah Sekolah Menengah Atas Plus Al-hasan. Hingga kini telah banyak lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Ada yang ke Unigal Ciamis, UIN Bandung, UNSIL Tasikmalaya, UIN Jogja, UIN Cirebon, UNSUD Purwokerto ada pula yang ke UTS Surabaya. Ada anak yang keluar sekolah langsung kerja di supermarket, toko-toko swalayan, menjahit di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.sebagian lagi ada yang bertani ada pula yang masih nganggur namun jumlahnya sangat sedikit.
Aku menganggap ini adalah salah satu keberhasilan pendidikan di MTs Kawasen Banjarsari Ciamis. Dimana anak didiknya dididik dengan pendidikan karakter dengan pendidikan pembiasaan yang baik diantaranya:
1. Selalu tadarrus al-qur’an sebelum belajar, dengan tadarrus maka anak selalu punya wudhu setiap hari sebelum belajar. Disebutkan di dalam Hadits: “Bacalah al-qur’an, karena al-qur’an akan menjadi penolong nanti pada hari qiyama”. Dalam hadits lain nabi Muhammad SAW berkata: “Bacalah al-qur’an dirumah-rumahmu, maka sesungguhnya rumah yang tidak dibacakan al-qur’an didalam rumah itu, sedikitlah kebaikannya dan banyak kejelekannya dan akan merasa sempit bagi penghuninya”. Dalam hal ini sekolah adalah rumah belajar bagi sisiwa. Hal ini selalu ditanamkan oleh guru-guru di MTs al-hasan Banjarsari kepada para siswa.
2. Membiasakan sholat dhuha walaupun hanya dua roka’at. Diantara hikmah shalat dhuha diantaranya: mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan Allah, sehingga disebutkan dalam hadits : “Setiap sendi-sendi adalah terdapat shodaqoh” maka dengan melakukah dua roka’at sholat dhuha, orang itu telah melakukan shodaqoh. Hikmah yang lain adalah melapangkan rizki, dengan anak didik dilatih shalat dhuha, maka secara langsung anak-anak juga mendo’akan lembaga pendidikan yang sedang berkembang sehingga dimudahkan dalam penggalian dananya.
3. Mebiasakan anak didik mencium tangan gurunya, karena dengan demikian anak menunjukan rasa hormat dan ta’dhim kepada gurunya. Bukan mendidik anak menyembah kepada gurunya. Ciuman disini bermaksud anak didik menghormat ilmu yang terdapat di jasad gurunya. Sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an : “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu oleh Allah dengan beberapa derajat” dan disebutkan pula didalam Hadits: ”Muliakanlah para orang yang mempunyai Ilmu (Ulama), karena mereka menurut Allah adalah orang-orang yang mulia”.
4. Masing-masing guru memberi motivasi kepada anak didik untuk selalu rajin membaca dan belajar Karena Nabi Muhammad SAW berkata: “Carilah Ilmu walaupun di negeri China”, Mencari Ilmu itu waji bagi muslimin muslimat, Carilah Ilmu, walau antara kamu dan Ilmu terdapat lautan api”. Demikian jelas dan tegasnya Nabi Muhammad SAW dalam memotivasi untuk selalu mencari Ilmu. Dan Ilmu itu adalah cahaya Allah dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada orang yang berdosa.
5. Maka yang kelima membiasakan anak selalu menjauhi dosa. Dimana anak yang sedang mencari jati diri, kadang mudah terjerumus kepada hal-hal yang bersifat negative, seperti minuman keras dan bahaya Narkotika. Maka untuk mengurangi yang demikian itu, pada waktu sehabis berjam’ah shalat dhuhur, anak dibiasakan mengikuti kuliah tujuh menit (kultum) yang dibimbing oleh guru-guru senior dan murid-murid dalam rangka melatih diri menasehati diri sendiri dan orang lain. Dilakukan pula bimbingan dan penyuluhan oleh anggota kapolsek Banjarsari, dengan pengenalan narkoba serta bahaya-bahaya yang diperoleh dari pada mengkonsumsi narkoba itu. Sehingga dengan kerja sama yang baik yang dijalin oleh lembaga dengan kepolisian banjarsari, maka hingga kini lulusan MTs al-hasan Banjarsari belum ada yang tecatat sebagai pengkonsumsi narkoba.
Realisasi hal ini dapat di sebutkan: Dulu ketika aku mengajar di Madrasah Tsanawiyyah al-hasan Banjarsari, ada seorang anak laki-laki yang bandel, malas jarang masuk kelas, kalaupun masuk kelas, bau badannya menimbulakan volusi bagi teman dekatnya . Aku deketin anak itu, aku usap punggungnya, aku ajak bicara. Dia seolah olah mendapat perhatian dariku. Kemudian aku tanya: “Kenapa kamu begitu nak? ternyata ia menjawab: Saya merasa tidak diperhatikan oleh orang tua, ayah sibuk bekerja, ibu jadi TKW di Malayasia, sehingga aku malas belajar, malas mandi dan malas semuanya. Setelah itu aku ajak anak itu makan pecel, aku nasehati, aku ajak jalan-jalan. Ternyata tak lama anak itu berubah total yang tadinya susah mandi jadi rajin mandi, rajin sekolah. Sehingga sekarang ia menjadi mahasiswa di UPI Bandung dan sebentar lagi menjadi Sarjana.
Setiap kali ketemu saya sebagai gurunya, ia selalu lebih dulu mengucapkan salam, mengajak berjabat tangan dan mencium tangan gurunya. Yang anehnya ia slalu ngajak makan baso, karena memamg itu kesukaanku.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar