BAB III
PEMBAHASAN
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah mengeluarkan program kebijakan tentang penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang mengamanatkan masing-masing Pemerintah Kabupaten / Kota , seperti halnya dengan Pemerintah Kabupaten Cilacap yaitu SMP Negeri 1 Cilacap. Proses implementasi program RSBI ini merupakan pelaksanaankebijakan RSBI yang dilakukan oleh stake holder yang meliputi kepala sekolah, guru/karyawan, siswa dan orang tua yang menyangkut perilaku badan administratif yang kemungkinan mengarah pada lembaga sekolah yang bisa mengambil bentuk keterlibatan baik guru/ kepala sekolah dengan orang tua siswa, maupun guru/kepala sekolah dengan siswa itu sendiri dalam pengembangan program.
Proses implementasi ini menyangkut tentang jaringan kekuatankekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang dibangun rangka pencapaiantujuan serta melihat adanya diskresi yang terjadi pada saat pengimplemntasian program. Penelitian ini akan dibahas bagaimana partisipasi komponen sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan orang tua dalam menjalankan perannya pada pengambilan suatu keputusan dalam pengembangan program di sekolah. Selanjutnya juga akan dilihat bagaimana sistem jaringan (networking) yang dibangun dalam rangka mendukung program, serta melihat diskresi aturan yang diterapkan di SMPN 1 Cilacap.
A. PARTISIPASI
Konsep partisipasi kaitannya dengan implementasi program RSBI di SMP 1 Cilacap ini bisa diartikan sebagai keterlibatan stake holder (kepala sekolah, guru/ staf karyawan, siswa, dan orang tua) berupa aktivitas-aktivitas baik secara langsung atau tidak, dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan, sehingga mereka akan tumbuh kesadaran dan kepemilikannya terhadap sekolah dalam pengembangan program RSBI di SMPN 1 Cilacap ini. Penelitian akan menjelaskan bagaimana wujud partisipasi dari masing-masing komponen sekolah terkait pengembangan program RSBI di SMPN 1 Cilacap.
1. Partisipasi Kepala Sekolah dalam Program RSBI
Pelaksanaan RSBI memerlukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang tinggi,serta demokratis dalam proses pengambilan keputusan-keputusan mendasar. Tugas seorang kepala sekolah menyangkut bagaimana tanggung jawab atas sekolahnya dalam melaksanakan berbagai kegiatan , seperti mengelola berbagai masalah menyangkut pelaksanaan administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan maupun pendayagunaan sarana prasarana. Sedangkan tugas dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai penanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan yang mempunyai fungsi sebagai educator (guru), manager (pengarah, penggerak sumber daya), administrator, supervisor (pengawas,pengoreksi dan melakukan evaluasi).
Berdasarkan pengamatan yang penulis peroleh bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia sangat menentukan keberhasilan proses belajar di sekolah. Begitu juga dengan kepemimpinan Drs. Sunardi, MM.Pd sebagai Kepala sekolah SMP 1 Cilacap, juga sangat menentukan keberhasilan program RSBI yang sudah berlangsung selama ini. Kepala Sekolah disini selalu berusaha mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada demi tujuan bersama. Hal tersebut sesuai yang dikatakan Bapak Sumarno, S.Pd. selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“…Saya kira menurut pengamatan saya kepala sekolah disini sudah mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam melaksanakan program RSBI ini didukung oleh para wakil kepala sekolah, para guru, komite, staf/ karyawan, pustakawan, dan semua siswa…dengan kata lain secara umum, warga sekolah dan stake holder sangat mendukung program RSBI ini…” “…Kepala sekolah disini lebih kepada peran sebagai pemimpin, tugas-tugas sudah didelegasikan pada masing-masing penanggung jawab. Dalam RSBI ini ada 1 koordinator program untuk menyusun program mengkoordinasi pelaksanaan, dibantu penanggung jawab program , ditambah sekretaris dan bendahara..” (wawancara, 07-07-2011)
Kepala sekolah SMPN 1 Cilacap sudah menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin sebagaimana mestinya. Terbukti bahwa ada suatu koordinasi yang baik dan pendelegasian tugas kepada bawahannya untuk mensukseskan program tersebut. Keberadaan koordinator program, sekretaris dan bendahara tersebut, tentunya akan sangat membantu tugas kepala sekolah. Kepemimpinan sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting karena kepemimpinan dalam hal ini berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru baik secara individu mupun kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dengan kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Sumarno, S.Pd. selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“…Partisipasi kepala sekolah di SMPN 1 Cilacap menurut pengamatan saya sendiri sudah mempunyai kemampuan yang sangat tinggi untuk mewujudkan bagaimana melaksanakan implementasi RSBI ini, yang menjadi masalah adalah bagaimana memotivasi warga sekolah, terutama guru untuk meningkatkan kinerjanya…” “….saya kira dari awal dimulai program ini, semangat para guru sudah naik turun…yang jadi masalah adalah ketika semangat itu turun, maka perlu di-push lagi….perlu disuntik lagi..dan difasilitasi itu penting…” (wawancara, 07-07-2011)
Seperti yang dikemukakan diatas, peran kepala sekolah dalam rangka mensukseskan program ini sudah cukup baik. Kepala sekolah memang mempunyai peranan kunci dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan RSBI ini. Bagi para guru khususnya, dorongan/motivasi sangatlah diperlukan agar komitmen yang disepakati semula dapat berjalan sesuai yang direncanakan. Adapun permasalahan yang dihadapi sekolah selama ini adalah naik turunnya semangat guru untuk menjaga kesepakatan bersama, disamping itu juga kurangnya pemahaman yang benar terhadap program ini. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggungjawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“….yang jadi masalah adalah untuk memberi motivasi mereka untuk terus belajar bahasa Inggris dan Teknologi Komunikasi serta pemahaman yang benar tentang implementasi program ini, .” (wawancara, 07-07-2011)
Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggungjawab program RSBI di SMP 1 Cilacap juga menambahkan lagi :
“Menurut saya, kami selalu melibatkan semuanya…saya beri informasi, saya jelaskan…dan yang paling tahu adalah guru mapel itu sendiri …kami hanya memfasilitasi saja…seperti pengiriman beberapa guru dan siswa ke Queensland, ….nanti juga ada short course ke Australia…itu kan juga selalu melibatkan menurut kami, kepala sekolah sudah sudah cukup memberikan kesempatan…yang mau S2 juga akan difasilitasi…itu kan dasar-dasar mengembangkan program sekolah….bagaimana mau mengembangkan kalau dia tidak menambah kemampuannya…, kalau masalah input siswa di SMP 1 gak ada problem…sekolah favorit yang otomatis siswanya adalah yang terbaik masuk sini…” (wawancara, 07-7-2011)
Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan professional. Peran kepala sekolah sebagai administrator sekolah harus dapat bekerja sama dengan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh para guru.
Di samping itu, peranan kepala sekolah memang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program RSBI, dalam hal ini Drs. Sunardi, MM.Pd sebagai kepala sekolah SMPN 1 Cilacap memang mempunyai peranan kunci dalam pengembangan program ini. Kepala sekolah melimpahkan wewenangnya kepada wakil kepala sekolah urusan kurikulum dalam pengembangannya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Titik Setyowati, MM.Pd sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia
“….dalam pengembangan kurikulum, memang guru selalu dilibatkan…misalnya seperti pembuatan KKR , kemudian pengumpulan dan membahas indikator dan silabusnya bagaimana…,kemudian setiap guru/MGMP itu harus menyusun KKS itu, kemudian diserahkan kepada kurikulum…..jadi selalu koordinasi” ‘Untuk mengartikulasikan kebutuhan guru, tentu saja ada ya mekanismenya…tapi ini diserahkan ke kurikulum program RSBI di SMP 1 Cilacap, misalnya mereka selalu memantau perangkat pembelajaran , selanjutnya memberikan beasiswa S2 yang tentu saja ada fasilitas dari pihak sekolah…” (wawancara, 07-7-2011)
Dalam kesempatan yang sama, Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggungjawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap juga menambahkan :
“Dalam pengembangan kurikulum, guru selalu dilibatkan,..setiap menjelang ajaran baru, digelar In House Training,…nah disitulah guru diberi informasi tentang bagaimana mengembangkan program atau kurikulum…dimasukkan konsep-konsep yang didatangkan narasumber yang akuntabel..” (wawancara, 07-07-2011)
Kepala sekolah SMPN 1 Cilacap ini dinilai penulis sudah cukup berpartisipasi. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana kepala sekolah selalumelibatkan guru untuk pengambilan keputusan/ pengembangan program. Selain itu, kepala sekolah juga berusaha selalu memberikan dorongan serta melibatkan para siswa dalam pengambilan keputusan dalam rangka turut mensukseskan implementasi program RSBI ini.
Kepala sekolah SMPN 1 Cilacap sudah berusaha untuk melibatkan perannya baik pemberian motivasi, juga bagaimana menanggapi para siswa yang ingin mengartikulasikan kebutuhannya. Kepala sekolah SMPN 1 Cilacap juga berusaha untuk melibatkan para siswa untuk pengambilan keputusan dan pengembangan program. Sebagai contoh, para siswa diadakan program pertukaran pelajar ke luar negeri, dalam rangka turut dalam pengembangan program.
Dari berbagai uraian diatas dapat diketahui bahwa partisipasi kepala sekolah dalam program RSBI di SMPN 1 Cilacap ini sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana kepala sekolah berperan sebagai pemimpin, yaitu selalu memberikan motivasi/ dorongan seluruh warga sekolah, memberikan pengarahan dan pendelegasian tugas. Kepala sekolah juga secara tidak langsung selalu melibatkan guru dan siswa pada pengambilan keputusan dalam pengembangan program, sehingga mereka akan tumbuh suatu kesadaran untuk bersama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Partisipasi Guru dan Staf/ Karyawan dalam Program RSBI
RSBI adalah suatu program peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang memerlukan peran dari semua pihak/ stake holder, terutama guru. Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun implementasi dalam program. Dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Bapak Tarsono, S.Pd, selaku guru Matematika SMP 1 Cilacap:
“ ya..karena ini suatu program yang bertujuan dalam peningkatan siswa, otomatis sebagai garda paling depan, guru terutama sains dan semuanya mau tidak mau harus partisipasi aktif secara penuh, baik dalam pengelolaan kelas, peningkatan kualitas teknik belajar, juga aplikasi teknik pembelajaran secara penuh ..” (wawancara, 07-07-2011)
Bapak Drs. Joko Wahyono, selaku Wakasek. Urusan Kesiswaan juga menambahkan sebagai berikut :
“..guru disini sebagai fasilitator , lebih memfasilitasi, bukan lagi’ teacher center’ tapi ‘student center’ karena dengan RSBI ini guru dituntut untuk menjadi inovatif, pikiran/visi maju kedepan, pikiran mau berubah mengikuti kemajuan jaman dan teknologi, sehingga disini pun guru menjadi lebih memberikan contoh bagaimana menjadi kreatif, dimana pembelajaran tidak konvensional lagi dan mengubah yang berbasis teknologi, misalnya mengaktifkan siswa dalam penggunaan internet, browsing materi , kemudian mempresentasikan dengan menggunakan power point/ LCD ,sehingga memudahkan mereka mengambil informasi secara cepat dan tepat…ya disini dalam proses lah” (wawancara, 07-07-2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri Harini, S.Pd selaku guru Matematika SMPN 1 Cilacap sebagai berikut :
“ guru sebagai fasilitator juga motivator…..kadang anak kan bilang ngapain kita capek-capek bahasa Inggris…saya bilang kita kan RSBI ya harus ..ya jangan samakan dengan sekolah-sekolah lain yang belum RSBI…” (wawancara, 07-07-2011)
Peranan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam program RSBI ini memang harus dapat berpartisipasi dengan aktif secara penuh. Guru juga merupakan barisan pengembang program yang terdepan, maka guru pulalah yang selalu melakukan perbaikan penyempurnaan kualitas pendidikan itu sendiri. Guru juga dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman dan teknologi. Pembelajaran juga harus sudah berubah dari konvensional menuju arah bertaraf internasional. Partisipasi guru, terutama guru sains memang dituntut lebih ditingkatkan, baik dalam penguasaan materi dan proses pembelajaran yang berkualitas internasional maupun dalam hal pemanfaatan teknologi dan penguasaan bahasa Inggris. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sumarno, S.Pd, selaku guru Biologi SMP 1 Cilacap berikut ini:
“..dalam program RSBI ini yang paling dibangun adalah membangkitkan semangat guru sains di dalam mengikuti perkembangan jaman, semisal guru-guru sains harus mengikuti tentang penggunaan teknologi, paling tidak menggunakan komputer, kedua guru sains harus bisa menerapkan ilmu se-kualitas internasional dalam rangka peningkatan kualitas siswa juga, ketiga upaya-upaya dari guru sains mendalami tentang materi-materi referensi dari luar negeri yang berbahasa Inggris, mau tidak mau harus menguasai bahasa tersebut…” (wawancara,07-07-2011)
Pihak sekolah di SMPN 1 Cilacap juga sepenuhnya mendukung akan partisipasi para guru dalam rangka mensukseskan program RSBI ini. Sejak awal, pihak sekolah selalu memberikan dukungan dan fasilitas kepada guru untuk mengembangkan program ini. Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 1 Cilacap, pihak sekolah pun juga memberikan dukungan terhadap peningkatan kemampuan bahasa asing para guru dan penguasaan IT. Bapak Sumarno, S.Pd selaku guru IT SMPN 1 Cilacap s juga menuturkan hal serupa :
“…memang berbagai persiapan dan upaya untuk mencapai SBI banyak hal ;sarana prasarana,dan juga guru-guru terutama sains di SMPN 1 Cilacap perlu banyak lagi peningkatan, baik berbahasa Inggris, ..termasuk saya, dan juga penguasaan IT, walupun sekolah sudah melakukan pelatihan, tapi sebagai manusia yang ingin maju harus selalu siap…dan tidak cepat berpuas diri…” (wawancara, 07-07-2011)
Meskipun pelatihan-pelatihan bahasa Inggris sering dilakukan, namun tidak semuanya guru dan siswa bisa sepenuhnya menguasai bahasa Inggris dalam pembelajaran, berbagai kendala pun juga ada. Ada beberapa guru yang menerapkan penggunaan bahasa Inggris hanya sebatas soal-soal, tetapi dalam penyampaian materi belum sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan Ibu Sri Harini, S.Pd selaku guru Matematika SMPN 1 Cilacap berikut ini :
“…penggunaan bahasa Inggris untuk soal saja, penyampaian materi belum seutuhnya…proses lah mas,..tetapi dalam hal ini, anak pun kita khawatirkan dengan keterbatasan bahasa malah tidak kena, kan kadang-kadang kita sesuaikan…selama ini kalu menerangkan biasa, paling cuma openingnya saja bahasa inggris, tapi soal-soal sudah bahasa Inggris….itu kalo saya, guru-guru yang lain banyak yang sudah menerapkan seutuhnya….kalo sekolah mengadakan pelatihan sih itu membantu, tapi saya kan punya keterbatasan waktu…” (wawancara, 07-07-2011)
Berbeda halnya dengan apa yang disampaikan dengan Bapak Sumarno, S.Pd mencoba menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajarannya sebagai berikut :
“..karena ini tuntutan, kami sudah mencoba dalam proses pembelajaran dengan bahasa Inggris, baik segi penyampaian materi maupun soal-soal, namun kadang ada kekhawatiran dengan pertimbangan dimana tidak semua siswa siap proses ini dengan bahasa asing, karena bahasa Inggris dalam ilmu sains tidak sama dengan umum, sehingga ada hal-hal tertentu yang dimaklumi…tetapi selama ini, setiap kali tatap muka kami sudah mencoba dan harus bisa….dan setiap tahun ada peningkatan …” (wawancara, 07-07-2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri Harini, S.Pd selaku guru Matematika SMPN 1 Cilacap sebagai berikut :
“penggunaan bahasa Inggris sudah,…minimalkan kan karena bahasa Inggrisnya matematika dengan bahasa Inggris pada umumnya beda, kalo matematika kan sudah ada istilah-istilahnya sendiri-sendiri for example , right umumnya kanan, tapi ini segitiga siku-siku dalam triangle,… ..yang penting kita jelaskan dulu keyword-nya / kata kuncinya,…penyampaian materi sudah ya dispend condition lah…tapi kalo buku/materi/soal-soal full in English,..saya kan punya modul sendiri dalam bahasa Inggris..” (wawancara, 07-07-2011)
Dalam program RSBI, hal yang perlu diperhatikan lagi selain penggunaan bahasa Inggris adalah pemanfaatan teknologi. Partisipasi guru dalam program RSBI ini juga dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi/ ICT dalam proses pembelajaran . Untuk mencapai standar proses pembelajaran, guru dituntut untuk bisa memanfaatkan ICT. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Titik Setyowati, MM.Pd sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP 1 Cilacap:
“….sekarang kan sekolah RSBI, semua guru dan siswa dituntut untuk bisa memanfaatkan teknologi itu, disini setiap kelas sudah dilengkapi dengan LCD, guru juga di beri Lap top….guru juga harus bisa pembelajaran menggunakan multimedia, seperti Lab bahasa….sehingga RSBI ini membuat guru untuk belajar mengembangkan diri,…tantangan ini mas…jadi kalo saya sih ya bagus lah mas..sekolah ini sudah memberikan fasilitasnya untuk pendidikan lebih meningkat lebih baek..tapi perlu ditingkatkan..” ( wawancara, 07-07-2011)
Meskipun fasilitas ICT belum sepenuhnya mencukupi, tetapi usaha untuk memanfaatkan ICT dalam pembelajaran memang sudah kelihatan di SMP 1 Cilacap. Berbagai upaya / pelatihan juga telah dilakukan bagi para guru. Penggunaan ICT pada sesudah jam pelajaran sekolah juga sering dilakukan baik para guru maupun siswa itu sendiri. Bapak Sumarno, S.Pd selaku guru Teknologi dan Informasi juga mengungkapkan hal tersebut dalam cuplikan wawancara berikut ini :
“..pemanfaatan saya kira sudah maksimal, sebagai contoh layanan internet setelah jam pelajaran banyak digunakan oleh para guru dan siswa untuk mengakses materi ajar, adaptasi kurikulum dengan luar….kemampuan guru dan siswa saya kira sudah melebihi dari fasilitas yang ada….Trainning berkaitan dengan tekonologi juga dilakukan…” ( wawancara, 07-07-2011)
Kegiatan atau program lain yang dilakukan oleh sekolah terkait peningkatan kualitas guru adalah dengan mengadakan seminar/ in house training tentang pengembangan kurikulum, penggunaan bahasa asing, pemanfaatan teknologi, manajemen sekolah dan lainnya dilakukan secara rutin atau berkala (lihat foto di lampiran). Melalui kegiatan tersebut, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“..pelatihan-pelatihan guru…. selama ini sudah kontinyu, setiap tahun juga ada program terkait IT, bahasa Inggris,…kami juga mengadakan in house training…itu semua dalam rangka peningkatan kualitas SDM..” ( wawancara, 07-07-2011)
Dalam kesempatan yang sama, Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap juga menambahkan bahwa dalam penyusunan dan pengembangan program, para guru selalu dilibatkan perannya. Jika para guru selalu dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, mereka akan lebih mudah memahami substansi dari implementasi program ini. Berikut cuplikan wawancaranya :
“ guru selalu dilibatkan,..sebagai contoh setiap menjelang ajaran baru, digelar In House Training,…nah disitulah guru diberi informasi tentang bagaimana mengembangkan program atau kurikulum…dimasukkan konsep-konsep yang didatangkan narasumber yang akuntabel..” (wawancara, 07-07-2011)
Dalam rangka meningkatkan kualitas guru, dari segi kompetensi dan profesionalisme, maka para guru di SMPN 1 Cilacap juga turut berpartisipasi melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) baik di tingkat sekolah, kota atau provinsi (lihat foto padalampiran). Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“MGMP selalu dilakukan dalam setiap jenjang tingkat sekolah, kota, dan provinsi antar sekolah RSBI….yang hal ini tidak hanya menyangkut 5 mapel pilihan saja, tetapi juga mapel yang lain.. …” (wawancara, 07-07-2011)
Selain hal diatas, kemandirian guru juga harus diperhatikan jika menginginkan berhasil dalam implementasi RSBI ini. Kemandirian ini diperlukan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai problema yang sering muncul dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus mampu mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat waktu dan tepat sasaran, tetapi tidak terlepas dari aturan/standar yang ditentukan. Bapak Sumarno selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap juga mengungkapkan :
“..kemandirian guru disini adalah kewenangan guru dalam arti tetap berpedoman pada proses pembelajaran , penilaian dan KTSP yang telah distandarkan oleh sekolah, serta sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP)…dalam hal ini pengembangan materi, IT,..dan sebaginya..” (wawancara, 07-07-2011)
Bapak Sumarno juga mengatakan berikut ini :
“untuk menjadikan RSBI ini berkualitas, haruslah didukung para karyawan yang benar-benar berkualitas, mereka dituntut professional dan bisa menggunakan bahasa Inggris dan mempunyai kemampuan yang berbasis TI….tapi kami bekerja sama dengan pemkot Cilacap juga akan memberikan fasilitas studi lanjut dan berbagai pelatihan/training…” (wawancara, 07-07-2011)
Dari berbagai uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi guru dan karyawan juga turut menentukan dalam keberhasilan program RSBI di SMPN 1 Cilacap. Sejak awal para guru dan karyawan juga sudah selalu diberi motivasi dan pengarahan dari kepala sekolah. Pada dasarnya, dalam pengembangan program baik secara langsung atau tidak, mereka juga selalu dilibatkan. Seluruh guru dan karyawan di SMPN 1 Cilacap selalu diadakan pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas SDM, baik dalam penguasaan ketrampilan berbahasa Inggris, IT, dan lainnya guna mendukung kelancaran program RSBI.
3. Partisipasi Siswa Dalam Program RSBI
Siswa merupakan pihak yang akan menerima dan memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam kurikulum. Dalam hal ini, siswa perlu diposisikan sebagai subjek dari implementasi program RSBI ini, sehingga program ini bukan diperuntukkan bagi guru saja, tetapi terlebih bagi siswa. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Sumarno selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap
“….partisipasi siswa saya kira tergantung pada sekolah itu sendiri, saya melihat selama ini, apa yang kami lakukan di SMPN 1 Cilacap sudah sangat baik…bagi anak SMP 1 tidak asing lah dan mereka disini sebagai pelaku, bukan hanya obyek tetapi subyek yang diberi kewenangan untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya…dan luar biasa sekali hasilnya pun sudah terbukti,..” (wawancara, 07-07-2011)
Dalam RSBI ini, partisipasi peserta didik / siswa memang sangat mempengaruhi akan keberhasilan program. Hal tersebut terkait dari bagaimana input peserta didik dalam program RSBI itu dikembangkan. SMPN 1 Cilacap yang notabene SMP paling favorit di Cilacap, tentunya mempunyai modal input siswa yang terbaik pula. Dengan input yang baik dan berwawasan luas, diharapkan semakin mendukung keberhasilan program. Selain itu, respon/ tanggapan yang positif dari para siswa itu sendiri juga tidak kalah pentingnya. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu Titik Setyowati, selaku Wakasek Urusan Kesiswaan sebagai berikut :
“ Dalam program RSBI ini, penting yang pertama adalah siswa disini itu sudah punya modal dulu, mereka adalah siswa-siswa yang terbaik dan mahir, kedua semua disini punya wawasan yang luas dan jauh kedepan, ketiga semua siswa merespons positif , karena responnya positif, mereka menjadi mudah adaptasi program yang ada, nah ini sangat membantu keberhasilan program itu sendiri…” (wawancara, 07-07-2011)
Dalam program RSBI di SMPN 1 Cilacap ini, sejak awal tahun ajaran baru para siswa memang sudah dilibatkan perannya dengan pemberian motivasi dan beberapa informasi mengenai program yang akan dijalani para siswa. Mereka dituntut untuk bisa mendukung dan mensukseskan pengembangan program ini. Selain itu, pihak sekolah juga berusaha selalu memberikan dorongan serta melibatkan para siswa dalam pengambilan keputusan dalam rangka turut mensukseskan implementasi program RSBI ini. Siswa disini juga dijadikan subyek, sehingga mereka mempunyai kewenangan untuk turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan program, termasuk mengartikulasikan kebutuhannya. Kepala sekolah SMPN 1 Cilacap juga berusaha untuk melibatkan para siswa untuk pengambilan keputusan dan pengembangan program. Sebagai contoh, para siswa diadakan/ diikutkan dalam program pertukaran pelajar ke luar negeri yaitu ke Brown Plains High School (BPHS) Australia , yang secara tidak langsung turut dalam pengembangan program (lihat foto pada lampiran).
Beberapa siswa perwakilan SMPN 1 Cilacap tersebut diikutkan/ dilibatkan dalam kunjungan ke BPHS Queensland untuk pengembangan program dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Melalui kunjungan/ pertukaran pelajar ke luar negeri tersebut, para siswa akan memperoleh pengetahuan, pengalaman dalam proses pembelajaran yang berbeda, nantinya akan diperbandingkan di sekolah mereka kaitannya pengambilan keputusan pengembangan program selanjutnya. Mereka pun dapat memberikan usulan / pendapat sesuai pengamatan dan pengalamannya masing-masing.
Adanya berbagai prestasi siswa ditingkat lokal, nasional, maupun internasional baik yang bersifat akademik/non akademik juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa SMPN 1 Cilacap dalam berbagai perlombaan/olimpiade di dalam dan luar negeri dapat diperhitungkan. Partisipasi siswa juga dapat kita lihat dari bagaimana mereka dapat mengartikulasikan kebutuhannya. Mekanisme/ cara para siswa untuk memberikan saran, pendapat atau aspirasi terhadap program sekolah adalah melalui musyawarah perwakilan kelas (MPK) yang diberdayakan oleh OSIS . Media tersebut juga sebagai kontrol program bagi para siswa. Ibu Titik Setyowati, selaku Wakasek Urusan Kesiswaan juga mengungkapkan sebagai berikut :
“…sebagai kesiswaan, Kami akan selalu memberikan semacam masukan/monitoring, siswa juga sebaliknya bisa melalui OSIS , kemudian kita ‘godhog’ bersama,…suara siswa tidak langsung ke kami, tapi lewat OSIS…..”(wawancara, 07-07-2011)
Pihak sekolah sudah berusaha untuk melibatkan perannya baik pemberian motivasi, juga bagaimana menanggapi para siswa yang ingin mengartikulasikan kebutuhannya. Kepala sekolah akan turun langsung kepada siswa jika ada masalah yang penting/ mendesak, mekanisme yang digunakan selama ini guru memilah-milah/ menyaring terlebih dahulu pendapat/ usulan siswa, selanjutnya untuk disampaikan kepada kepala sekolah.
Bp Joko Wahyono, selaku guru Bimbingan Konseling juga mengutarakan hal yang serupa berikut ini :
“..berawal dari peraturan yang dilakukan untuk perilaku positif, sebagai contoh nilai minimal 7,….kita akan mengusahakan biar jadi standar dan kondusif..” Salah satu tuntutan program RSBI adalah sekolah tersebut bisa dijadikan teladan bagi sekolah lain dalam hal pengembangan akhlak dan budi pekerti. Kaitannya dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah untuk pengembangan tersebut, baik secara pemberian motivasi secara terusmenerus maupun dengan memaksimalkan penertiban peraturan sekolah yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ibu Titik Setyowati, selaku Wakasek Urusan Kesiswaan sebagai berikut : “…di SMP 1 ini sudah ada program untuk memberikan pelajaran khusus penanaman budi pekerti….intinya upaya kita bagaimana siswa tidak hanya pinter intelektualnya, tapi watak juga karakternya harus baik….kami juga bekerja sama dengan para bapak/ibu guru untuk memberikan juga pandalaman dan pentingnya budi pekerti bagi kehidupan sehari-hari..” “di sini juga menerapkan aturan serta arahan kaitannya dengan pengendalian diri serta memberikan arahan dengan menyaring budaya yang tidak sesuai dengan budaya orang timur, sekolah internasional, tapi kita harus menghormati orang timur…” “Kami juga kadang melakukan razia/penertiban secara random atau gebrakangebrakan sebagai shock therapy,….sekolah juga harus bebas rokok dan narkoba, sehingga hal diatas dilakukan juga kami memasang banner sebagai peringatan/ persuasive, juga mengingatkan ‘tepo seliro’..” (wawancara, 07-07-2011)
Partisipasi siswa disini bisa diwujudkan dengan turut mensukseskan dan mendukung program agar sekolah bisa dijadikan unggulan sekolah lain dalam hal pengembangan budi pekerti dan akhlak terpuji. Tentunya, siswa juga diharapkan dapat membekali diri dari pengaruh budaya barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah pun harus bebas dari rokok, narkoba, dan tindakan pelanggaran lainnya, sehingga seorang siswa tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga baik watak dan karakternya. Dengan partisipasi siswa dalam menaati peraturan yang ada secara maksimal, diharapkan akan membantu kesuksesan program di SMPN 1 Cilacap ini.
Untuk menunjang pembelajaran, pihak sekolah juga memberikan layanan konseling kepada para siswa yang memerlukan. Para siswa juga diharapkan dapat kooperatif dan berpartisipasi, karena layanan ini juga tidak hanya membantu para siswa yang mempunyai gangguan fisik/psikis/emosional, tetapi bagi siswa semuanya yang ingin mendapatkan informasi karier, pengembangan kurikulum, informasi tentang perguruan tinggi negeri maupun luar negeri, serta berbagai beasiswa yang ada. Selain itu, layanan ini juga memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan dirinya yang tidak dapat mereka dapatkan dari para guru.
Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Bapak Sunardi, selaku guru Kepala Sekolah juga sebagai berikut :
“…kami disini memberikan layanan kepada anak, terutama bagi mereka yang mempunyai gangguan fisik, non disipliner, psikis, emosional,stress…dan kita juga mentranfer kepada yang ahli, seperti Psikolog/psikiater jika diperlukan…, kami juga selalu berikan informasi karier dan layanan lainnya yang tidak dapat diberikan oleh seorang guru…” “….bimbingan ini sangat diperlukan sekali bagi para siswa dalam pengembangn diri siswa,..berkaitan dengan kurikulum, dan bahasa Inggris dan KTSP yang penekanannya pada pengembangan diri siswa, baik dalam bimbingan ekstrakurikuler, mapun bimbingan konseling, kelompok konseling…memaksimalkan juga konseling pribadi (wawancara, 07-07-2011)
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi para siswa di SMPN 1 Cilacap sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pihak sekolah yang memposisikan siswa sebagai subyek, sehingga mereka selalu dilibatkan pada pengambilan keputusan dalam pengembangan sekolah, misalnya diikutkan dalam kunjungan ke BPHS Queensland. Para siswa juga diberikan wadah melalui MPK OSIS untuk mengartikulasikan kebutuhannya. Siswa juga diberikan haknya untuk mengembangkan dirinya serta mendapatkan layanan konseling dari sekolah.
4. Partisipasi Orang Tua dalam Program RSBI
Orang tua merupakan salah satu pihak yang ikut bertanggung jawab bagi kesuksesan program-program sekolah. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan seberapa jauh tingkat partisipasi orang tua terhadap implementasi program program yang diselenggarakan sekolah. Orang tua diharapkan bisa turut aktif dalam merancang dan mengembangkan program-program sekolah. Dalam implementasi program RSBI ini, orang tua harus memiliki kesadaran tentang arti penting pendidikan bagi anaknya, menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan anaknya, dan melakukan pertemuan rutin dengan pihak sekolah guna memikirkan dan mencari solusi terhadap berbagai problem yang dialami sekolah.
Bapak Sunardi, selaku Kepala Sekolah juga mengatakan sebagai berikut :
“…sebenarnya peran orang tua itu mengkondisikan pembelajaran siswa baik secara internal maupun eksternal,segala kegiatan yang bersifat akademis.. benarbenar orang tua mengikuti sekolah, kemudian juga jika ada kegiatan pengiriman siswa ke luar, misalnya orang tua juga sangatberperan…mendukung,berpartisipasi, memberikan fasilitas dan peluang…ya itulah yang dilakukan disini..” “..Kemudian masalah dana, kita juga bekerja sama dengan orang tua, ini kan RSBI jadi memang butuh dana yang ekstra, tapi bagi mereka yang kurang mampu. (wawancara, 07-07-2011)
Pendapat yang hampir sama juga dilontarkan oleh Bapak Sumarno selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap sebagai berikut :
“Permasalahan dalam proses pembelajaran adalah masalah pengadaaan buku, ini perlu disadari oleh orang tua. Buku adalah nomor satu dulu. Pada ajaran baru, seorang siswa dituntut untuk memiliki beberapa buku yang menunjang program. …“Koordinasi dan komunikasi dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua siswa, biasanya pertemuan hanya 2 kali/setahun.. Ouw…ada,waktu ada pertemuan dengan komite itu ada berbagai masukan , contohnya keluhan parkir, perpustakaan, administrasi, laboratorium, dsb.” (wawancara, 07-07-2011)
Wujud partisipasi orang tua bukan hanya dalam bantuan finansial saja, tetapi lebih dari itu, dalam pemikiran-pemikiran untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Orang tua harus disadarkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan orang tua.
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja / anggota komite yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antar guru atau sekolah dengan para orang tua siswa. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah. Beberapa orang tua pun ada yang memberikan fasilitas kepada anaknya untuk mengikuti tambahan pelajaran diluar sekolah/ les/ kursus ketrampilan. Orang tua juga secara berkala menerima laporan kemajuan anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya. Rapor juga merupakan suatu alat komunikasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah.
Orang tua juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru, pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui kegiatan yang tersebut, orang tua siswa secara tidak langsung turut juga mendukung pengembangan program. Di samping itu, orang tua siswa juga bisa memberikan suatu masukan atau mengontrol program secara on-line kapan saja dengan membuka web site di www.SMP1 Cilacap.sch.id.
Dari berbagai uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa para orang tua siswa SMPN 1 Cilacap dinilai cukup berpartisipasi dalam pengembangan program RSBI ini. Tidak hanya dari segi materi dan pemberian fasilitas saja, partisipasi orang tua juga dapat berwujud pemberian motivasi kepada anak secara penuh, baik dirumah maupun di sekolah. Orang tua siswa pun juga dapat mengartikulasikan kebutuhannya dan mengontrol program sekolah melalui guru konseling, mendatangi langsung ke sekolah, menghadiri pertemuan-pertemuan rutin , seminar dan juga konsultasi secara on line dengan mudah. Tidak hanya itu, peran orang tua siswa SMPN 1 Cilacap melalui komite sekolah juga selalu dilibatkan dalam pengembangan program sekolah.
B. JARINGAN (NETWORKING) DALAM PROGRAM RSBI
Proses implementasi program RSBI di SMPN 1 Cilacap memang sedang berlangsung selama ini. Usaha peningkatan kualitas program RSBI menjadi SBI terus-menerus dilakukan. SMPN 1 Cilacap juga meningkatkan hubungan interaksi dan meningkatkan kerja sama dalam tingkat lokal maupun internasional. Melalui hubungan atau membentuk suatu jaringan /networking tersebut, diharapkan dari pihak SMPN 1 Cilacap bisa mengakses informasi, ide-ide, dan pengalaman yang bermanfaat bagi kemajuan SMPN 1 Cilacap itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis membagi dalam 2 bentuk tingkatan :
1. Jaringan SMPN 1 Cilacap di Tingkat Lokal
Peranan institusi terkait peningkatan hubungan interaksi dan kerja sama oleh SMPN 1 Cilacap pun dilakukan dengan pihak luar dalam rangka turut mendukung program. Dalam hal ini adalah bagaimana Pemerintah Kabupaten Cilacap dan Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap turut bertanggungjawab atas penyelenggaraan program RSBI di SMPN 1 Cilacap. Hubungan institusi tersebut dengan SMP 1 Cilacap adalah koordinasi dan sinkronisasi program. Pemerintah Kabupaten Cilacap juga menyusun kebijakan operasional sesuai dengan kebijakan nasional, memberikan dukungan informasi mengenai peraturan dan perijinan, memfasilitasi dan menyediakan layanan sistem informasi dan data SBI di tingkat kota/kabupaten. Selama ini, dukungan dari Pemerintah Kabupaten Cilacap masih perlu ditingkatkan. Monitoring kegiatan juga perlu ditingkatkan secara fokus dan intensif dengan instrument yang jelas dan tenaga asesor yang kompeten.
Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Bapak Sumarno, S.Pd, selaku Penanggung jawab Prograb RSBI di SMP 1 Cilacap:
“..peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak lepas dari kemauan Pemerintah Kabupaten , artinya perlu sekali dukungan, terutama dari infrastruktur dan pendanaan RSBI ini yang luar biasa, tanpa dukungan dari Pemerintah dan masyarakat, tentunya tidak akan berjalan lancar..” “…Pemerintah Kabupaten Cilacap dan Dinas saya kira sudah cukup lah, tapi perlu ditingkatkan, mereka telah memfasilitasi kegiatan selama ini, cuma untuk mengevaluasi selama ni perlu adanya instrument yang jelas…evaluasi jangan hanya sebatas monitoring tahunan saja…jadi memang belum fokus..tenaga asesornya pun harus dipersiapkan..” (wawancara, 07-07-2011)
Kaitannya dengan peningkatkan pemahaman dan penguasaan bahasa Inggris. SMPN 1 Cilacap juga bekerja sama membangun sistem jaringan dengan berbagai perguruan tinggi baik negeri atau swasta sekitar Cilacap, Pihak sekolah juga bekerja sama menyelenggarakan dan menguji kemampuan bahasa Inggris guru atau pun siswa melalui tes TOIEC dan TOEFL .
Melalui kegiatan tersebut, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang diajarkan. Dalam acara tersebut juga selalu menghadirkan narasumber yang kompeten dalam bidangnya. Seperti yang diungkapkan Bapak Sumarno selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMPN 1 Cilacap :
“..pelatihan-pelatihan guru…. selama ini sudah kontinyu, setiap tahun juga ada program terkait IT, bahasa Inggris,…kami juga mengadakan in house training…itu semua dalam rangka peningkatan kualitas SDM..” (wawancara, 07-07-2011)
Selain kegiatan diatas, masih ada beberapa lagi usaha dalam pembentukan jaringan pada tingkat lokal dalam rangka berbagi pengetahuan (share of knowledge) dengan pihak-pihak yang nantinya bisa menguntungkan pihak sekolah.
2. Jaringan SMPN 1 Cilacap di Tingkat Internasional
Peningkatan kualitas pendidikan di SMPN 1 Cilacap memang perlu dilakukan antara lain dengan kunjungan guru yang bertujuan mendapatkan pengalaman yang berguna untuk meningkatkan kompetensi guru-guru dalam menerapkan kurikulum adaptif dari Cambridge dalam proses pembelajaran berbahasa Inggris
Selama ini, upaya SMPN 1 Cilacap untuk mengadaptasikan kurikulum dengan luar negeri memang sudah mulai dicoba dan diterapkan. Adaptasi kurikulum juga sudah dilakukan dengan sister school SMPN 1 Cilacap
C. DISKRESI DALAM PROGRAM RSBI DI SMPN 1 CILACAP
Diskresi merupakan suatu langkah keleluasaan yang ditempuh administrator dalam pengimplementasian program dengan membuat suatu keputusan yang belum terdapat dalam aturan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan implementasi program RSBI di SMPN 1 Cilacap, dapat dilihat bagaimana pihak sekolah mempunyai keleluasaan / kelonggaran dalam menerapkan aturan yang telah ada agar implementasi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Hal yang perlu diperhatikan dalam Implementasi RSBI di SMPN 1 Cilacap adalah terkait dengan terbatasnya berbagai sumber daya yang ada dan belum terpenuhinya lingkungan dan sarana prasarana yang berstandar sekolah internasional. Program RSBI ini adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP)+ X (indikator kunci tambahan). Untuk mencapai hal/ standar tersebut perlu suatu adanya kekuatan dari seluruh warga sekolah dan stake holder, terutama kepala sekolah. Perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya memang diperlukan, mengingat tantangan masa depan SMPN 1 Cilacap sebagai sekolah bertaraf internasional.
Dalam penelitian ini, diskresi muncul dalam hal pembiayaan sekolah. Di dalam aturan sekolah di SMPN 1 Cilacap, ada kriteria yang harus dipenuhi oleh para siswa terkait pembayaran SPP dan sumbangan pembangunan institusi (SPI) sebesar minimal Rp.4.000.000,00.
Terkait dengan tujuan dan hakekat penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, maka pendidikan tersebut harus berprinsip pada asas pemerataan keadilan bagi seluruh warga negara. Begitu pula dengan pihak SMPN 1 Cilacap yang dalam penyelenggaraan program RSBI ini juga menerapkan asas pemerataan keadilan dan persamaan hak seluruh masyarakat. Sehingga semua kalangan masyarakat, baik yang mampu/ kaya atau pun kurang mampu/ miskin tetap bisa merasakan/ mengakses program yang diselenggarakan, tetapi dengan syarat harus berprestasi dengan baik. Semua kalangan tidak dibedakan dan semuanya berpeluang/ mempunyai kesempatan yang sama. Sehubungan dengan pembiayaan sekolah, pihak sekolah juga memberikan keringanan biaya dan beasiswa bagi kalangan yang tidak mampu secara materi, namun berprestasi secara akademis.
Atas kebijakan sekolah, siswa yang tidak mampu boleh tidak membayar SPP secara penuh/ sesuai dengan kemampuan, bahkan ada yang dibebaskan sama sekali bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. semuanya boleh bersekolah disini dan berpeluang atau berkesempatan yang sama, asalkan mempunyai NEM yang tinggi atau berprestasi lo ya…, kami memberikan beasiswa bagi mereka yang membutuhkan, dana tersebut berasal 10% dari blockgrant RSBI, dana tersebut kami alokasikan buat yang tidak mampu, tentunya ada seleksi dari kami, kami menawari kepada mereka semampunya, untuk pembayaran SPI kami juga menawarkan kepada orang tua mereka masing-masing dengan pola subsidi silang, bagi yang mampu diharapkan membayar lebih daripada yang lain, dan lagi bagi siswa yang tidak mampu pembayarannya pun boleh diangsur.. ”
Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Sumarno, S.Pd selaku Penanggungjawab RSBI sebagai berikut:“
Jadi begini…., RSBI ini sudah memprogramkan beasiswa bagi yang tidak mampu, seperti kemarin dari blockgrant , masyarkat miskin terbantu, mampunya bayar berapa, sisanya sekolah yang membantu, dari pihak sekolah juga meneliti terlebih dahulu jangan sampai jatuhkepada mereka yang tidak berhak..” (wawancara, 07-07-2011)
Diskresi dalam hal pembiayaan terlihat ketika ada iuran SPP yang wajib dibayar oleh setiap siswa perbulannya, tetapi ada keringanan bagi mereka yang dinilai pihak sekolah kurang mampu. Pihak sekolah menargetkan sendiri dana 10% dari Blockgrant RSBI diperuntukkan bagi yang kurang mampu, jika ternyata masih sisa diperuntukkan bagi yang berprestasi. Bagi siswa yang tidak mampu diberikan keringanan, bahkan ada kasus yang dibebaskan semuanya. Untuk pembiayaan Sumbangan pendidikan ada semacam subsidi silang, jadi bagi siswa yang lebih mampu secara materi membayar lebih daripada siswa yang kurang mampu. Kelonggaran aturan semacam ini memang diperlukan dalam rangka menjaga kelancaran program. Tindakan ini juga masih dalam kerangka pencapain tujuan organisasi itu sendiri.
Dalam program RSBI, untuk mencapai sekolah yang berstandar internasional, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah terkait pemanfaatan teknologi dalam setiap proses pembelajaran. Untuk mencapai standar proses pembelajaran, guru dituntut untuk bisa memanfaatkan IT. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh peneliti, belum semua guru dapat memanfaatkan IT dalam setiap proses pembelajaran, karena melihat kondisi lapangan yang tidak
Program RSBI di SMPN 1 Cilacap memang sedikit memberikan kelonggaran aturan mengenai tuntutan pamanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Meskipun sekolah sudah mencoba menerapkan e-learning dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan karena keterbatasan ketrampilan guru itu sendiri yang belum secara baik menguasai dan memahami penggunaan TI. Tetapi, terkadang ada juga ditemukan hal-hal khusus yang memang lebih baik dibuat lebih longgar dari aturan yang telah ada.
Dalam proses pembelajaran RSBI, hal yang belum diatur secara khusus dalam aturan, memang membutuhkan kemandirian seorang guru. Seperti halnya dengan para guru SMPN 1 Cilacap juga menerapkan sistem remedial bagi siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan standar penilaian. Siswa diberikan haknya secara penuh oleh guru dengan mengulang test mata pelajaran yang belum terpenuhi tersebut. Jika masih belum juga terpenuhi lagi, maka guru akan memberikan tambahan pelajaran khusus, atau diganti dengan penambahan tugas
Dari berbagai uraian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa diskresi sebagai suatu langkah kelonggaran aturan atau keleluasaan/ kewenangan para administrator sekolah untuk melakukan kegiatan yang belum ada aturan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada proses pembelajaran di SMPN 1 Cilacap berkaitan dengan penggunaan IT dalam pembelajaran yang seharusnya pihak sekolah menyediakan, tetapi karena keterbatasan para siswa harus membawa laptop sendiri atau memakai fasilitas diluar sekolah. Diskresi juga tampak dalam masalah pembiayaan sekolah yang memberi kelonggaran pada siswa yang kurang mampu sehingga tujuan pemerataan pendidikan dapat tercapai. Diskresi memang kadang diperlukan dengan melihat keterbatasan sumber daya yang ada. Sehingga aturan yang ada akan bersifat 'luwes' atau menyesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan tetap tidak menyimpang dari tujuan yang direncanakan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar